Return to site

Gampang dan Susahnya Cari Sekolah

· Blog

“Pi, Dede uda masuk usia waktunya sekolah nih. Cariin sekolah yuk?”
“Hah? Baru 2 tahun uda mau disekolahkan? Ga salah nih, Mi.

Kan kasian Dede nanti bosan sekolah lagi kalau uda gede.”
 

“Ga juga kok, Pi. Yang penting cari sekolahnya tuh yang fun. Banyak kok sekolah yang kegiatan untuk anak 2 tahun itu yang fun, yang isinya hanya main-main tapi sebenarnya belajar, ga disuruh duduk terus. Lagian nih, Mami tuh stress juga tiap hari harus ngurus rumah sambil mikirin gimana Mami stimulasi Dede biar ga ketinggalan masa periode emasnya.

Kan Papi juga tahu Mami juga masih sambil terima orderan bikin kue. Kadang Dede malah kayak anak terlantar kalau orderan lagi banyak, Pi. Malah kasian Dede terlantar gitu.”
 

“Oh gitu ya, Mi. Tapi kita maunya dia sekolah di mana nanti?”
“Menurut Papi gimana? Mami sih mikirnya Dede bakal kuliah di dalam negeri aja, kalau bisa sih di kampus negeri ternama itu, atau minimal kampus swasta yang top.”
 

“Loh, apa hubungannya cari TK dengan kuliah, Mi?”
“Ada donk, Pi. Nih, Mami kasih tahu ya. Kampus A itu terima paling banyak lulusan dari SMU B. SMU B itu lanjutan dari SMP B. SMP B itu dari SD B. Nah, SD B itu masuknya pakai kuota kalau murid bukan dari TK B juga. Gitu lo, Pi.”

“Jadi, Mami uda ada pilihan mau masuk sekolah yang mana?”
“Ada, Pi. Preschool S yang dekat rumah itu.”
“Tapi Preschool S itu cuma sampai TK kan ya? Emang masuk SDnya nanti gampang?”
“Mami uda cek, Pi. Lulusan Preschool S itu pada diterima di banyak SD top. Terus dengar-dengar sih, lulusan mereka kemampuannya di atas rata-rata teman sekelasnya waktu SD.”

“Kenapa Mami mau Preschool S sih?”
“Jadi gini, Pi. Waktu Papi dinas keluar kota seminggu kemarin itu, Mami nyobain trial di beberapa TK dekat rumah sini. Ada yang fasilitasnya bagus, Mami naksir deh. Tapi pas di kelasnya, Mami kurang sreg sama gurunya. Auranya lemes-lemes gitu, terus ga niat gitu dia ngajak Dede ikut kegiatan kelas. Ada juga di TK yang lain. Gurunya asyik sih, tapi pas jam toiletnya Mami kaget soalnya anak-anaknya disuruh buka celana rame-rame di depan toilet. Uda selesai pipis, mereka pakai celana ramai-ramai lagi di depan toilet. Emang sih dipisah cowok cewek, tapi kan semua orang yang ada di ruangan itu bisa lihat anak-anak tak bercelana.

Nah, kalau Preschool S ini, Mami sreg deh. Gurunya asyik banget, kelasnya juga ceria banget, kegiatan kelasnya banyak. Terus yang paling penting, biayanya masih sesuai alokasi dana pendidikan kita nih.”
 

“Gitu ya, Mi. Coba besok kita sama-sama lihat deh sekolahnya ya.”
“Ok, Pi.”

Ada yang merasa familiar dengan kisah di atas? Bagi banyak orang tua dengan anak pertama, mencari sekolah itu sebenarnya gampang-gampang susah. Menjadi susah karena orang tua punya segudang filosofi dan teori parenting di benak mereka dan ketika cari sekolah, para ortu berusaha mencari sekolah yang sesuai dengan paham parenting yang mereka anut.

Akan tetapi, ada satu hal yang sering terlupakan, yaitu kita hidup di Indonesia sementara penulis teori parenting kebanyakan adalah orang barat yang memiliki kondisi yang berbeda dengan Indonesia. Bedanya di mana? Mari kita terima kenyataan bahwa masuk SD di Indonesia itu masih menggunakan tes calistung (baca tulis hitung) meskipun dilarang pemerintah. Tidak bisa disalahkan, semua SD pasti mau menerima calon anak didik yang secara akademik di atas rata-rata untuk meningkatkan daya jual mereka.

Jadi, ketika mencari PAUD atau TK, jangan terlalu idealis jika nantinya anak akan menempuh pendidikan formal seperti anak-anak lainnya. Beda cerita jika orang tua merencanakan pendidikan non formal untuk anaknya maka sah-sah saja untuk menjadi seidealis mungkin.


Tapi jangan juga akhirnya mencari sekolah yang hanya fokus pada akademik karena perkembangannya menjadi tidak seimbang di sisi kecerdasan emosi, sosial, motorik, seni dan kreativitas. Intinya, carilah yang bisa memfasilitasi anak belajar dengan cara yang fun dan child friendly tapi juga bisa mengantarkan anak-anak kita masuk ke SD pilihan.